Selasa, 05 Mei 2015

Perkembangan Suku Madura

Suku Madura terkenal karena gaya bicaranya yang blak-blakan serta sifatnya yang keras dan mudah tersinggung, tetapi mereka juga dikenal hemat, disiplin dan rajin bekerja. Untuk naik haji, orang Madura sekalipun miskin pasti menyisihkan sedikit penghasilannya untuk simpanan naik haji. Selain itu orang Madura dikenal mempunyai tradisi Islam yang kuat, sekalipun kadang melakukan ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse (sama dengan Larung Sesaji).
Harga diri, juga paling penting dalam kehidupan orang Madura, mereka memiliki sebuah peribahasa “Lebbi Bagus Pote Tollang, atembang Pote Mata”. Artinya, lebih baik mati (putih tulang) daripada malu (putih mata).
Sebagian besar orang suka Madura memang mendiami pulau Madura. Sebagian lainnya mendiami pulau-pulau kecil di sekitar pulau madura, seperti di pulau Gili Raja, Sapudi, Raas dan Kangean. Wilayah pemukiman orang Madura, terdiri dari empat kabupaten, yaitu:
  1. Bangkalan
  2. Sampang
  3. Pamekasan
  4. Sumenep
Struktur fisik orang Madura, pada umumnya orang Madura berkulit coklat matang dan gelap, rambut bergelombang, ikal dan ukuran tubuh sedang, sepertinya mereka memiliki ras mirip ke India-indiaan dari ras Tamil, atau mungkin mendekati ras Weddoid. Clurit, alat pertanian dan senjata serta logat bahasa orang Madura juga mirip dengan orang India terutama Tamil. Kemungkinan mereka adalah bangsa-bangsa yang bermigrasi dari daratan India ke tanah Jawa, dengan membawa kebudayaan Hindu, sebelum masa Kerajaan Majapahit hadir di tanah Jawa. Akan tetapi budaya islam amat sangat melekat dalam kehidupan orang Madura.

Penghambat dalam Perkembangan

Sifat Mudah tersinggung

Sifat mudah tersinggung sangat dapat mempengaruhi perkembangannya, dimaksudkan dapat menghambat, adalah ketika sebuah pendapat demi pencapaian yang lebih dalam akan tetapi sedikit melenceng, akan menjadi percikan singgungan bagi orang yang memiliki sifat tersebut. contoh dalam masa dini ini, sedang heboh-hebohnya akan Batu Akik, dikala seseorang yang memiliki sifat mudah tersinggung tersebut memiliki cincin akik yang diakuinya istimewa, akan tetapi menurut ahli cincin akik, cincin miliknya bukanlah terbuat dari batu asli, melainkan batu buatan hasil manusia, dikala ahli cincin tersebut memberitahu pemiliknya agar tidak membeli di tempat beliau membeli cincin tersebut, sontak pemiliki cincin tersebut tersinggung bahwa cincin miliknya adalah istimewa, padahal tidak. hal demikian akan mempengaruhi perkembangan seseorang untuk lebih maju.

Kebudayaan Carok

Carok merupakan tradisi bertarung yang disebabkan karena alasan tertentu yang berhubungan dengan harga diri kemudian diikuti antar kelompok atau antar klan dengan menggunakan senjata (biasanya celurit). Tidak ada peraturan resmi dalam pertarungan ini karena carok merupakan tindakan yang dianggap negatif dan kriminal serta melanggar hukum. Ini merupakan cara suku Madura dalam mempertahankan harga diri dan “keluar” dari masalah yang pelik.
Kata carok sendiri berasal dari bahasa Madura yang berarti ‘bertarung atas nama kehormatan’.
Biasanya, “carok” merupakan jalan terakhir yang di tempuh oleh masyarakat suku Madura dalam menyelesaikan suatu masalah. Carok biasanya terjadi jika menyangkut masalah-masalah yang menyangkut kehormatan/harga diri bagi orang Madura (sebagian besar karena masalah perselingkuhan dan harkat martabat/kehormatan keluarga)
Banyak yang menganggap carok adalah tindakan keji dan bertentangan dengan ajaran agama meski suku Madura sendiri kental dengan agama Islam pada umumnya tetapi, secara individual banyak yang masih memegang tradisi Carok.
Dalam era modern seperti ini banyak jalur yang dapat ditempuh dalam menyelesaikan sebuah masalah, dan juga ajan bertarung pun sudah dinilai cukup “ketinggalan jaman” sebab di dunia ini ada cara yang lebih kejam dan lebih jahat ketimbang bertarung, walaupun dalam konteks tersebut bertarung atas nama harga diri. cybercrime dapat dikatakan tindak kriminal yang lebih kejam dari bertarung, dengan cybercrime akan didapati korban yang lebih banyak dibanding budaya carok.

Penggerak Perkembangan

ilmu agama

orang madura dikenal sangat taat dalam beribadah, bahkan dalam bidang pendidikan pun suku madura menggabungkan hal demikian, sehingga pendidikan suku madura diwarnai dengan banyaknya pesantren yang sangat kental dalam ilmu agamanya.

keras

suku madura dinilai memiliki sifat keras, banyak yang berpendapat bahwa sifat keras tersebut memiliki dampak negatif terhadap perkembangannya, akan tetapi sifat keras demikian yang memiliki peranan besar dalam melakukan perkembangan hidup, seperti contoh sifat keras yang diaplikasi dalam bidang pekerjaan, akan dapat membangun pribadi yang disiplin dalam bekerja. Tentu hal ini bersifat relatif bagi yang mampu menyerap arti dari maksud Keras demikian.

Menjunjung tinggi harga diri

di era digital ini manusia seakan-akan memiliki tingkat harga diri yang cukup rendah, walaupun pribadi tersebut tidak merasa hal yang demikian, suku madura memiliki peribahasa “Lebbi Bagus Pote Tollang, atembang Pote Mata”. Artinya, lebih baik mati (putih tulang) daripada malu (putih mata), dari peribahasa tersebut kita dapat melihat bagaimana suku madura menjunjung tinggi harga dirinya.

gigih/ulet

Suku madura mampu beradaptasi dan memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan. Orang-orang Madura dikenal ulet dalam hal apapun. Riset majalah Tempo pada tahun 1980-an pernah menempatkan suku Madura dalam lima besar suku yang paling sukses di Indonesia. Orang-orang Madura di tanah rantau adalah saksi hidup dari semangat itu. Mereka berani melakukan pekerjaan apa saja demi hidup, akan tetapi mereka tetap memegang tinggi harga dirinya. bukan berarti sombong, akan tetapi sudah dalam pribadi masing-masing dalam memegang tinggi harga dirinya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar