Suku Madura terkenal karena gaya
bicaranya yang blak-blakan serta sifatnya yang keras dan mudah
tersinggung, tetapi mereka juga dikenal hemat, disiplin dan rajin
bekerja. Untuk naik haji, orang Madura sekalipun miskin pasti
menyisihkan sedikit penghasilannya untuk simpanan naik haji. Selain itu
orang Madura dikenal mempunyai tradisi Islam yang kuat, sekalipun kadang
melakukan ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse (sama dengan Larung Sesaji).
Harga diri, juga paling penting dalam kehidupan orang Madura, mereka memiliki sebuah peribahasa “Lebbi Bagus Pote Tollang, atembang Pote Mata”. Artinya, lebih baik mati (putih tulang) daripada malu (putih mata).
Sebagian besar orang suka Madura memang
mendiami pulau Madura. Sebagian lainnya mendiami pulau-pulau kecil di
sekitar pulau madura, seperti di pulau Gili Raja, Sapudi, Raas dan
Kangean. Wilayah pemukiman orang Madura, terdiri dari empat kabupaten,
yaitu:
- Bangkalan
- Sampang
- Pamekasan
- Sumenep
Struktur fisik orang Madura, pada umumnya
orang Madura berkulit coklat matang dan gelap, rambut bergelombang,
ikal dan ukuran tubuh sedang, sepertinya mereka memiliki ras mirip ke
India-indiaan dari ras Tamil, atau mungkin mendekati ras Weddoid.
Clurit, alat pertanian dan senjata serta logat bahasa orang Madura juga
mirip dengan orang India terutama Tamil. Kemungkinan mereka adalah
bangsa-bangsa yang bermigrasi dari daratan India ke tanah Jawa, dengan
membawa kebudayaan Hindu, sebelum masa Kerajaan Majapahit hadir di tanah
Jawa. Akan tetapi budaya islam amat sangat melekat dalam kehidupan
orang Madura.
Penghambat dalam Perkembangan
Sifat Mudah tersinggung
Sifat mudah tersinggung sangat dapat
mempengaruhi perkembangannya, dimaksudkan dapat menghambat, adalah
ketika sebuah pendapat demi pencapaian yang lebih dalam akan tetapi
sedikit melenceng, akan menjadi percikan singgungan bagi orang yang
memiliki sifat tersebut. contoh dalam masa dini ini, sedang
heboh-hebohnya akan Batu Akik, dikala seseorang yang memiliki sifat
mudah tersinggung tersebut memiliki cincin akik yang diakuinya istimewa,
akan tetapi menurut ahli cincin akik, cincin miliknya bukanlah terbuat
dari batu asli, melainkan batu buatan hasil manusia, dikala ahli cincin
tersebut memberitahu pemiliknya agar tidak membeli di tempat beliau
membeli cincin tersebut, sontak pemiliki cincin tersebut tersinggung
bahwa cincin miliknya adalah istimewa, padahal tidak. hal demikian akan
mempengaruhi perkembangan seseorang untuk lebih maju.
Kebudayaan Carok
Carok merupakan tradisi bertarung
yang disebabkan karena alasan tertentu yang berhubungan dengan harga
diri kemudian diikuti antar kelompok atau antar klan dengan menggunakan
senjata (biasanya celurit). Tidak ada peraturan resmi dalam pertarungan
ini karena carok merupakan tindakan yang dianggap negatif dan kriminal
serta melanggar hukum. Ini merupakan cara suku Madura dalam
mempertahankan harga diri dan “keluar” dari masalah yang pelik.
Kata carok sendiri berasal dari bahasa Madura yang berarti ‘bertarung atas nama kehormatan’.
Biasanya, “carok” merupakan jalan
terakhir yang di tempuh oleh masyarakat suku Madura dalam menyelesaikan
suatu masalah. Carok biasanya terjadi jika menyangkut masalah-masalah
yang menyangkut kehormatan/harga diri bagi orang Madura (sebagian besar
karena masalah perselingkuhan dan harkat martabat/kehormatan keluarga)
Banyak yang menganggap carok adalah
tindakan keji dan bertentangan dengan ajaran agama meski suku Madura
sendiri kental dengan agama Islam pada umumnya tetapi, secara individual
banyak yang masih memegang tradisi Carok.
Dalam era modern seperti ini banyak jalur
yang dapat ditempuh dalam menyelesaikan sebuah masalah, dan juga ajan
bertarung pun sudah dinilai cukup “ketinggalan jaman” sebab di dunia ini
ada cara yang lebih kejam dan lebih jahat ketimbang bertarung, walaupun
dalam konteks tersebut bertarung atas nama harga diri. cybercrime dapat
dikatakan tindak kriminal yang lebih kejam dari bertarung, dengan
cybercrime akan didapati korban yang lebih banyak dibanding budaya
carok.
Penggerak Perkembangan
ilmu agama
orang madura dikenal sangat taat dalam
beribadah, bahkan dalam bidang pendidikan pun suku madura menggabungkan
hal demikian, sehingga pendidikan suku madura diwarnai dengan banyaknya
pesantren yang sangat kental dalam ilmu agamanya.
keras
suku madura dinilai memiliki sifat keras,
banyak yang berpendapat bahwa sifat keras tersebut memiliki dampak
negatif terhadap perkembangannya, akan tetapi sifat keras demikian yang
memiliki peranan besar dalam melakukan perkembangan hidup, seperti
contoh sifat keras yang diaplikasi dalam bidang pekerjaan, akan dapat
membangun pribadi yang disiplin dalam bekerja. Tentu hal ini bersifat
relatif bagi yang mampu menyerap arti dari maksud Keras demikian.
Menjunjung tinggi harga diri
di era digital ini manusia seakan-akan
memiliki tingkat harga diri yang cukup rendah, walaupun pribadi tersebut
tidak merasa hal yang demikian, suku madura memiliki peribahasa “Lebbi Bagus Pote Tollang, atembang Pote Mata”.
Artinya, lebih baik mati (putih tulang) daripada malu (putih mata),
dari peribahasa tersebut kita dapat melihat bagaimana suku madura
menjunjung tinggi harga dirinya.
gigih/ulet
Suku madura mampu beradaptasi dan
memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan. Orang-orang Madura dikenal
ulet dalam hal apapun. Riset majalah Tempo pada tahun 1980-an pernah
menempatkan suku Madura dalam lima besar suku yang paling sukses di
Indonesia. Orang-orang Madura di tanah rantau adalah saksi hidup dari
semangat itu. Mereka berani melakukan pekerjaan apa saja demi hidup,
akan tetapi mereka tetap memegang tinggi harga dirinya. bukan berarti
sombong, akan tetapi sudah dalam pribadi masing-masing dalam memegang
tinggi harga dirinya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar