Setiap orang pasti memiliki permasalannya sendiri, urusannya
masing-masing yang termasuk urusan pribadi, termasuk kegelisahan yang
dirasakan diri sendiri. Hal tersebut pastinya juga terjadi pada diri
saya. Saya ambil sebuah kejadian sebelumnya, saat saya baru saja lulus
SMA, saya berpikir akan lanjut kuliah atau langsung kerja. Jika memilih
kuliah, saya diberi hadapan lagi, kuliah dalam provinsi atau di luar
provinsi yang berarti harus berpisah dengan orang tua. Sementara, saya
sendiri selalu khawatir dengan orang tua saya apabila terjadi apa-apa
begitu juga sebaliknya pada orang tua saya.
Sementara itu sudah memilih universitas yang diingginkan (saat itu
mencoba lewat SNMPTN), lalu saya dihadapi lagi dengan pilihan yang
begitu rumit bagi saya yaitu, jurusan yang harus saya pilih dengan
resiko kesulitan selama kuliah dan peluang diterima yang besar/kecil.
Saya sempat takut dan gelisah, jika saya salah memilih jurusan dan tidak
diterima, saya harus bagaimana. Hal itu selalu melekat di benak saya
pada saat itu. Namun, saya tidak terlalu gelisah pada saat itu dengan
melakukan ibadah solat dan berdu'a kepada Allah untuk memberikan yang
terbaik untuk saya.
Hasil SNMPTN diumumkan, dan saya gagal masuk universitas negeri.
Rupanya, saya masih harus atau mungkin masih bisa bersama orang tua
saya. Setelah tidak diterima, saya pun mencoba ikut SBMPTN, meskipun
saya yakin tidak akan diterima dan ternyata benar saya. Lagi-lagi saya
gagal.
Muncul lagi masalah baru, saya harus kuliah dimana? Waktu terus berjalan
sementara aktivitas kuliah di banyak tempat sudah mulai berjalan.
Apakah saya harus menunggu 1 tahun untuk ikut tes masuk universitas
lagi? Ternyata tidak. Untungnya, saya mendapat info bahwa Universitas
Gunadarma masih membuka pendaftaran untuk calon mahasiswa baru pada saat
itu dan saya pun langsung mendaftar kesana dengan lokasi kuliah yang
tidak jauh dari rumah.
Benar saja, kali ini saya diterima dan kegelisahan saya pun soal kuliah
dimana pun telah berakhir dengan jurusan yang saya inginkan pula.
Meskipun kedepannya nanti akan sulit kalau saya tidak bisa tapi, itu
bukan suatu akhir atau kemunduran bagi saya. Namun, itu adalah sebuah
langkah awal saya untuk berjuang untuk menjadi yang lebih baik lagi.
Selasa, 05 Mei 2015
Perkembangan Suku Madura
Suku Madura terkenal karena gaya
bicaranya yang blak-blakan serta sifatnya yang keras dan mudah
tersinggung, tetapi mereka juga dikenal hemat, disiplin dan rajin
bekerja. Untuk naik haji, orang Madura sekalipun miskin pasti
menyisihkan sedikit penghasilannya untuk simpanan naik haji. Selain itu
orang Madura dikenal mempunyai tradisi Islam yang kuat, sekalipun kadang
melakukan ritual Pethik Laut atau Rokat Tasse (sama dengan Larung Sesaji).
Harga diri, juga paling penting dalam kehidupan orang Madura, mereka memiliki sebuah peribahasa “Lebbi Bagus Pote Tollang, atembang Pote Mata”. Artinya, lebih baik mati (putih tulang) daripada malu (putih mata).
Sebagian besar orang suka Madura memang
mendiami pulau Madura. Sebagian lainnya mendiami pulau-pulau kecil di
sekitar pulau madura, seperti di pulau Gili Raja, Sapudi, Raas dan
Kangean. Wilayah pemukiman orang Madura, terdiri dari empat kabupaten,
yaitu:
- Bangkalan
- Sampang
- Pamekasan
- Sumenep
Struktur fisik orang Madura, pada umumnya
orang Madura berkulit coklat matang dan gelap, rambut bergelombang,
ikal dan ukuran tubuh sedang, sepertinya mereka memiliki ras mirip ke
India-indiaan dari ras Tamil, atau mungkin mendekati ras Weddoid.
Clurit, alat pertanian dan senjata serta logat bahasa orang Madura juga
mirip dengan orang India terutama Tamil. Kemungkinan mereka adalah
bangsa-bangsa yang bermigrasi dari daratan India ke tanah Jawa, dengan
membawa kebudayaan Hindu, sebelum masa Kerajaan Majapahit hadir di tanah
Jawa. Akan tetapi budaya islam amat sangat melekat dalam kehidupan
orang Madura.
Penghambat dalam Perkembangan
Sifat Mudah tersinggung
Sifat mudah tersinggung sangat dapat
mempengaruhi perkembangannya, dimaksudkan dapat menghambat, adalah
ketika sebuah pendapat demi pencapaian yang lebih dalam akan tetapi
sedikit melenceng, akan menjadi percikan singgungan bagi orang yang
memiliki sifat tersebut. contoh dalam masa dini ini, sedang
heboh-hebohnya akan Batu Akik, dikala seseorang yang memiliki sifat
mudah tersinggung tersebut memiliki cincin akik yang diakuinya istimewa,
akan tetapi menurut ahli cincin akik, cincin miliknya bukanlah terbuat
dari batu asli, melainkan batu buatan hasil manusia, dikala ahli cincin
tersebut memberitahu pemiliknya agar tidak membeli di tempat beliau
membeli cincin tersebut, sontak pemiliki cincin tersebut tersinggung
bahwa cincin miliknya adalah istimewa, padahal tidak. hal demikian akan
mempengaruhi perkembangan seseorang untuk lebih maju.
Kebudayaan Carok
Carok merupakan tradisi bertarung
yang disebabkan karena alasan tertentu yang berhubungan dengan harga
diri kemudian diikuti antar kelompok atau antar klan dengan menggunakan
senjata (biasanya celurit). Tidak ada peraturan resmi dalam pertarungan
ini karena carok merupakan tindakan yang dianggap negatif dan kriminal
serta melanggar hukum. Ini merupakan cara suku Madura dalam
mempertahankan harga diri dan “keluar” dari masalah yang pelik.
Kata carok sendiri berasal dari bahasa Madura yang berarti ‘bertarung atas nama kehormatan’.
Biasanya, “carok” merupakan jalan
terakhir yang di tempuh oleh masyarakat suku Madura dalam menyelesaikan
suatu masalah. Carok biasanya terjadi jika menyangkut masalah-masalah
yang menyangkut kehormatan/harga diri bagi orang Madura (sebagian besar
karena masalah perselingkuhan dan harkat martabat/kehormatan keluarga)
Banyak yang menganggap carok adalah
tindakan keji dan bertentangan dengan ajaran agama meski suku Madura
sendiri kental dengan agama Islam pada umumnya tetapi, secara individual
banyak yang masih memegang tradisi Carok.
Dalam era modern seperti ini banyak jalur
yang dapat ditempuh dalam menyelesaikan sebuah masalah, dan juga ajan
bertarung pun sudah dinilai cukup “ketinggalan jaman” sebab di dunia ini
ada cara yang lebih kejam dan lebih jahat ketimbang bertarung, walaupun
dalam konteks tersebut bertarung atas nama harga diri. cybercrime dapat
dikatakan tindak kriminal yang lebih kejam dari bertarung, dengan
cybercrime akan didapati korban yang lebih banyak dibanding budaya
carok.
Penggerak Perkembangan
ilmu agama
orang madura dikenal sangat taat dalam
beribadah, bahkan dalam bidang pendidikan pun suku madura menggabungkan
hal demikian, sehingga pendidikan suku madura diwarnai dengan banyaknya
pesantren yang sangat kental dalam ilmu agamanya.
keras
suku madura dinilai memiliki sifat keras,
banyak yang berpendapat bahwa sifat keras tersebut memiliki dampak
negatif terhadap perkembangannya, akan tetapi sifat keras demikian yang
memiliki peranan besar dalam melakukan perkembangan hidup, seperti
contoh sifat keras yang diaplikasi dalam bidang pekerjaan, akan dapat
membangun pribadi yang disiplin dalam bekerja. Tentu hal ini bersifat
relatif bagi yang mampu menyerap arti dari maksud Keras demikian.
Menjunjung tinggi harga diri
di era digital ini manusia seakan-akan
memiliki tingkat harga diri yang cukup rendah, walaupun pribadi tersebut
tidak merasa hal yang demikian, suku madura memiliki peribahasa “Lebbi Bagus Pote Tollang, atembang Pote Mata”.
Artinya, lebih baik mati (putih tulang) daripada malu (putih mata),
dari peribahasa tersebut kita dapat melihat bagaimana suku madura
menjunjung tinggi harga dirinya.
gigih/ulet
Suku madura mampu beradaptasi dan
memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan. Orang-orang Madura dikenal
ulet dalam hal apapun. Riset majalah Tempo pada tahun 1980-an pernah
menempatkan suku Madura dalam lima besar suku yang paling sukses di
Indonesia. Orang-orang Madura di tanah rantau adalah saksi hidup dari
semangat itu. Mereka berani melakukan pekerjaan apa saja demi hidup,
akan tetapi mereka tetap memegang tinggi harga dirinya. bukan berarti
sombong, akan tetapi sudah dalam pribadi masing-masing dalam memegang
tinggi harga dirinya
Pidato Seorang Demonstran
PIDATO SEORANG DEMONSTRAN
Oleh: Mansur Samin
Oleh: Mansur Samin
Mereka telah tembak teman kita
ketika mendobrak sekretariat negara
sekarang jelas bagi saudara
sampai mana kebenaran hukum di Indonesia
Ketika kesukaran tambah menjadi
para menteri sibuk ke luar negeri
tapi korupsi tetap meraja
sebab percaya keadaan berubah
rakyat diam saja
Ketika produksi negara kosong
para pemimpin asyik ngomong
tapi harga-harga terus menanjak
sebab percaya diatasi dengan mupakat
rakyat diam saja
Di masa gestok rakyat dibunuh
para menteri saling menuduh
kaum penjilat mulai beraksi
maka fitnah makin berjangkit
toh rakyat masih terus diam saja
Mereka diupah oleh jerih orang tua kita
tapi tak tahu cara terima kasih, bahkan memfitnah
Kita dituduh mendongkel wibawa kepala negara
apakah kita masih terus diam saja?
(Sumber puisi: https://pecintapuisi.wordpress.com/2007/11/29/pidato-seorang-demonstran/ )
Puisi Pidato Seorang Demonstran karya Mansur Samin menjelaskan tentang kondisi negara ini, baik dari segi ekonomi, hukum maupun politik yang mengalami pemburukan. Pada puisi tersebut dijelaskan bahwa para pejabat asyik pergi ke luar negeri sementara terjadi kesusahan dimana-mana dan ketika mengalami krisis atau kekosongan produksi negara, harga-harga melambung naik dan para pejabat pun berbicara dengan janji harga akan normal, tapi justru harga makin melambung tinggi atau tidak ada perubahan sama sekali.
Ketika terjadi sebuah kasus, para pejabat saling menuduh, para penjilat pun bermunculan di media massa dan timbul berbagai argumen dimana fakta atau fitnahnya terkadang tidak diketahui rakyat. Ketika para pejabat terpilih dan mendapat gaji dimana gaji tersebut merupakan uang dari rakyat juga (hasil dari pajak, dll), terkadang merekan juga lupa dengan janji mereka saat kampanye dan saat rakyat menagih janji hingga mendemo ke kantor pusatnya, justru terkadang kita difitnah dengan tuduhan mereka tidak pernah berjanji seperti itu. Rakyat diharapkan untuk tidak diam saja dan mengambil tindakan apabila apa yang dilakukan pejabat tersebut salah.
Langganan:
Postingan (Atom)